SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Kamis, 07 Oktober 2010

"Rejeki Njepret" oleh Mario Teguh

Sahabat Indonesia yang baik. Berikut adalah resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 06 Juni 2010, dengan Topik “Rejeki Njepret“. Banyak sekali orang rejekinya sedang tertunda, dan berdo’a kapan bisa kejepret dengan rejekinya. Dalam episode ini akan dibicarakan dari sudut pandang yang lebih logis, supaya kita tahu apa yang selama ini menahan rejeki kita dan apa yang membebaskannya untuk hadir dan menyejahterakan serta membahagiakan kita hari ini.

Kebanyakan dari kita terus menua tetapi rejekinya tidak sama dan sejalan dengan usia kita. Karena kita menua tetapi sering berbuat salah, tidak mau mendengarkan nasihat, sering ngeyel dll.

Rejeki itu harusnya sama dengan dimana kita berada, kalau ia usia 40 tahun harusnya kaya-nya sesuai dengan usia 40 tahun, pangkatnya juga setinggi yang direncanakan Tuhan. Tetapi semua ini tidak akan tercapai jika sejak kecil tidak dilatih disiplin, misalnya sekolah saja masih suka bolosan, ujian sibuk cari contekan; ia memang sibuk, tetapi ia sibuk dengan jalan yang tidak jujur. Sehingga banyak orang dengan rejekinya yang tidak besar, karena dia belum berlaku yang rejekinya pantas bagi usianya.

Jika ingin berejeki baik, orang itu harus ikhlas melepaskan perilaku yang selama ini memperlambat pertumbuhannya. Kalau kita ta’at kepada yang benar, kita akan berjalan dengan rejeki yang sesuai dengan menuanya diri kita.

Yang menjadikan seseorang itu hebat atau kecil adalah pendapat. Kita harus memiliki pendapat kita sendiri, mempertahankannya untuk membesarkan kita. Pendapat tidak boleh dipertahankan untuk memperkecil kehidupan.

Perhatikan orang yang hidupnya lemah, lambat dan marah kepada lingkungannya adalah orang yang sulit mengubah pendapatnya. Orang yang berhasil besar, ia berhasil karena pendapatnya. Kalau begitu pendapat itu bukan asal punya, tetapi tepatnya pendapat.

Menyuapi bayi tikus dengan susu gajah, tidak akan membuatnya menjadi gajah. Sehingga kita bisa memilih menjadi bayi gajah. Siapapun anda jika ingin berhasil, putuskan sekarang bahwa “Aku bayi gajah”; lalu perhatikan para gajah, dan tiru prilaku gajah.

Terkadang kita tidak “Njepret” rejekinya karena kita itu bayi gajah yang berprilaku kecil. Kita berprilaku kecil karena yang dikhawatirkannya yang kecil2, yang dipikirkannya yang kecil2 dan yang dipertengkarkannya dengan orang yang kecil2.

Kalau kita ingin rejeki kita menyusul, maka abaikanlah hal yang kecil2 yang terbukti tidak memuliakan kita. Mulai kita ambil pikiran orang2 yang besar, perasaan mereka, lalu perilaku mereka. Menirul-ah, kalau meniru yang baik, mengapa ditolak?.

Kalau mau sama, sama dengan yang hebat. Kalau mau beda, beda dengan yang lemah.

Semua jawaban dalam kehidupan itu harusnya sederhana, tetapi kita itu sering tidak percaya kalau jawabannya tidak kompleks. Seperti anggapan dukun kalau dekat image-nya tidak manjur, dukun itu harus jauh dan baru dikatakan manjur. Sama dengan nasehat, kalau orang dekat tidak didengarkan, kalau orang jauh baru didengarkan. Sehingga kita sulit menemukan jawaban yang baik, sebab kalau orang yang dekat tidak didengarkan, sementara yang jauh walaupun salah dituruti.

Jadi mulai dari sekarang hidup ini kalau bisa disederhanakan, sederhanakanlah; kalau membutuhkan semangat, bersemangatlah.

Bagaimana kalau masalahnya ada pada diri kita, yang mempunyai sifat malas?. Maka triknya supaya malas itu menjadi postitif, tetaplah bekerja keras walaupun anda malas. Semua orang berbakat untuk malas, karena malas itu tenaga yang hebat sekali. Kita ingin menjadi kaya supaya kita bisa menugaskan orang lain melakukan tugas yang tidak kita sukai; cara-nya bekerja keras saat ini supaya bisa malas2an nanti.

Maka lakukanlah sesuatu yang sederhana, yang anda sudah tahu jawabannya, lalu pastikan anda setia dalam jalan yang sederhana itu.

Takut itu wajar karena kita belum tahu ukuran dari beban. Setelah tahu ukuran dari beban itu kita akan berani. Kita tidak mungkin melakukan sesuatu dengan ikhlas, mengenai hal yang kita anggap sulit dan tidak ada gunanya.

Penderitaan tidak harus datang dari penderitaan. Kebahagiaan yang ditelantarkanpun bisa menjadi sumber penderitaan.

Banyak orang ketika memiliki uang yang tidak banyak lebih berhati-hati, lebih hemat, lebih menghargai istri, anak dan tetangga; tapi setelah punya banyak uang sombong, karena dia merasa segala sesuatu bisa dibeli dengan uang. Padahal rejeki yang dia dapatkan itu sangat mungkin adalah rejeki anak, istri atau pembantu yang dilewatkan melalui dia.

Tidak ada orang yang rejekinya sendiri, rejeki-nya pasti melibatkan orang lain, jadi kita tidak boleh sombong. Karena kalau kita sombong, akan diberikan masalah2 seperti rejekinya sendirian.

Orang2 yag sudah baik dalam hidupnya harus melihat kebaikan sebagai cara membaikkan, inilah orang yang agresif. Orang yang agresif melihat segala sesuatu yang dimilikinya sebagai yang terbaik, untuk mencapai yang lebih baik, karena ia percaya yang paling baik belum datang.

Maka terimalah yang kita miliki sebagai yang terbaik, untuk mencapai yang lebih baik, karena percaya yang paling baik belum datang.

0 komentar:

Posting Komentar